Worship


WORSHIP

Yohanes 4:22-23

Penyembahan surgawi, seperti yang kita lihat di kitab Wahyu 4 dan 5 merupakan penyembahan yang sangat mengagumkan dari segi warna, suara dan pesertanya”.


Pendahuluan:
Manusia adalah ciptaan Allah yang mempunyai sifat untuk menyembah. Manusia punya perasaan yang sama dengan penciptanya yaitu mengasihi dan dikasihi. Adalah hal yang tidak mungkin bagi manusia untuk hidup dengan tidak menyembah.

Manusia menyembah obyek yang benar atau obyek yang salah. Meskipun demikian manusia tetap akan menyembah.

  • Penyembahan tidak berbicara tentang jenis atau aliran musik tertentu dalam peribadatan Kristen. Namun harus dipahami dengan benar bahwa penyembahan berbicara tentang Allah sendiri.


  • Ada beberapa kesalahan pemikiran beberapa orang Kristen. Mereka menganggap bahwa penyembahan identik dengan lagu-lagu dengan tempo lambat. Penyembahan tidak ada kaitannya dengan gaya atau volume ataupun tempo lagu. Sebab Allah menyukai semua jenis musik dan semua tempo lagu yang ditujukan kepadaNya. Penyembahan adalah gaya hidup


Isi :

Apakah Penyembahan

Jika kita benar-benar ingin memahami apa itu penyembahan, kita harus melihat dengan seksama apa yang dikatakan oleh Alkitab mengenainya. Langkah awal yang harus kita lakukan adalah mencari kebenarannya dalam Alkitab. Apa kata Alkitab tentang menyembah?

Ada 3 kata utama yang dipakai oleh Perjanjian Lama untuk menjelaskan tentang penyembahan yang sering diterjemahkan dalam bahasa Inggrisnya sebagai “worship”. Pendek kata terminologi Alkitab menunjukkan bahwa penyembahan adalah: Penundukkan diri, Pelayanan dan Penghormatan, Keterikatan.


1. Keterikatan.

Sembahlah uang anda akan menjadi orang yang serakah. Sembahlah seks maka anda akan menjadi orang yang hanya memikirkan nafsu. Sembahlah kekuasaan dan anda akan menjadi orang yang tidak jujur. Sembahlah Yesus dan anda akan menjadi seperti Kristus. Kita menjadi seperti apa yang kita sembah.

Keterikatan terjadi ketika kita memberikan keinginan kita pada seseorang atau sesuatu yang mengendalikan kita. Kita menjadi asyik dengan mereka, menginginkan mereka dan melayani mereka. Perhatikan Mazmur 115:4-8

Penyembahan adalah sebuah keterikatan antara penyembah dengan yang disembah. Kita tidak pernah menyembah tanpa ada suatu ikatan. Ketika kita menyembah Yesus maka kita sedang mengikatkan diri kita kepada Allah. Keterikatan bermula dari adanya kebutuhan (craving). Ini membawa kita kepada kehilangan kendali (control loss) dan akhirnya menyebabkan penggunaan secara kontinyu (continuing use).

Sekali lagi sembahlah pekerjaan dan anda akan menjadi orang yang suka gelisah dan tidak bisa tenang. Sembahlah manusia maka anda akan menjadi orang yang mementingkan diri sendiri. Sembahlah pelayanan maka anda akan menjadi orang kelelahan dan menjadi stress. Sembahlah Yesus anda akan menjadi orang yang seperti Krsitus.

2. Penundukkan Diri.

Kata penundukkan diri ini berbicara tentang menaklukan diri dengan tersungkur, dalam seluruh aspek hidup kita. Inilah inti dari sebuah penyembahan. Sebagai jemaat hal ini mutlak harus dilakukan. Belum bisa dikatakan menyembah apabila seluruh aspek hidup tidak kita taklukan kepada Allah. Sebagai worship leader, singers, choir penyembahan bukan sekedar keahlian menyanyi, ataupun keahlian yang lain tapi menaklukan diri tanpa syarat kepada Allah.

Penundukkan diri tanpa syarat kepada Allah, mudah dikatakan namun sangat sulit dilakukan. Sebab penundukkan diri kepada Allah berarti tunduk kepada pemimpin, kepada suami bagi para istri, kepada orang tua bagi para anak-anak terlebih lagi taat kepada apa yang Allah katakan.


3. Pelayanan dan Penghormatan
.

Penyembahan adalah suatu pelayanan atau ibadah kepada Tuhan yang tidak hanya ekspresikan dalam pertemuan ibadah tetapi dalam setiap area kehidupankita. Lukas 10:17 mengatakan “penyembahan tidak bisa lepas dari pelayanan.” Penyembahan menjadikan diri kita hamba dalam setiap aspek kehidupan ini. Andrew Hill dalam bukunya “Enter His Coutts with Praise” mengatakan “Penyembahan sebagai kepatuhan hormat menandai praktik takut akan Allah dalam kehidupan orang percaya.”


Pdt. Budiono, S.PAK

/>