MEMBANGUN CITRA DIRI
Menurut pendapat saya, anda tidak pernah ingin benar-benar mau menjadi orang lain. Yang benar-benar anda dambakan adalah bagaimana merasa nyaman dengan menjadi diri sendiri. Namun pada kenyataannya, anda sedang dihantui rasa tidak percaya diri dan anda tidak sadar bahwa semuanya itu ada dalam benak anda sendiri. Anda menjadi sensitif terhadap tatapan mata dan perkataan yang dilontarkan orang lain kepada anda. Anda merasa kuatir mereka tidak mengacuhkan anda, dan jika ada kesempatan, mereka akan memilih untuk melakukan sesuatu tanpa mengajak anda. Anda mulai ragu bahwa diri anda akan dirindukan.
Sebenarnya anda lebih mengenal seperti apa anda sebenarnya. Anda tahu apa yang anda lihat ketika bercermin. Dan jika anda tidak menyukai apa yang anda lihat, bagaimana mungkin orang lain bisa menyukainya? Anda merasa bahwa anda harus tampil dan bertindak lebih baik sebelum orang lain menunjukkan kasih yang dapat mengisi kehampaan yang terasa menyakitkan dan mencengkram jiwa anda.
Namun yang perlu anda sadari adalah sekalipun anda mendapat nilai 10 dalam segala hal, anda tetap tidak bisa menyuruh orang lain mengisi kekosongan dalam diri anda. Jika anda orang yang sangat berbakat, menarik, kaya raya anda hanya akan bertanya apakah orang lain ingin bersama anda hanya karena penampilan, reputasi atau kekayaan anda. Anda kuatir kehilangan 'karunia' yang membuat anda dikenal dan diperhatikan.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa kepuasan pribadi sangat sulit diperoleh?
Sebab kita mencari ditempat yang salah.
Ingatlah kita tidak diciptakan untuk merasa nyaman dengan diri sendiri. Kita juga tidak diciptakan untuk dicintai oleh orang lain. Namun kita diciptakan untuk menjalin hubungan dengan Allah.. Kita dimaksudkan untuk memiliki rasa syukur dalam hati karena mengetahui bahwa kita diterima olehNya, menjadi obyek ungkapan kasihNya yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, serta menjalani hidup yang bermakna karena pertolonganNya. Marilah kita mempercayai bahwa Dia mampu menolong kita, tidak hanya supaya kita merasa nyaman dengan diri sendiri, tetapi juga dalam membentuk citra diri dengan akurat, yang memungkinkan kita memandang diri sendiri sebagaimana Dia memandang kita.
/>
Menurut pendapat saya, anda tidak pernah ingin benar-benar mau menjadi orang lain. Yang benar-benar anda dambakan adalah bagaimana merasa nyaman dengan menjadi diri sendiri. Namun pada kenyataannya, anda sedang dihantui rasa tidak percaya diri dan anda tidak sadar bahwa semuanya itu ada dalam benak anda sendiri. Anda menjadi sensitif terhadap tatapan mata dan perkataan yang dilontarkan orang lain kepada anda. Anda merasa kuatir mereka tidak mengacuhkan anda, dan jika ada kesempatan, mereka akan memilih untuk melakukan sesuatu tanpa mengajak anda. Anda mulai ragu bahwa diri anda akan dirindukan.
Sebenarnya anda lebih mengenal seperti apa anda sebenarnya. Anda tahu apa yang anda lihat ketika bercermin. Dan jika anda tidak menyukai apa yang anda lihat, bagaimana mungkin orang lain bisa menyukainya? Anda merasa bahwa anda harus tampil dan bertindak lebih baik sebelum orang lain menunjukkan kasih yang dapat mengisi kehampaan yang terasa menyakitkan dan mencengkram jiwa anda.
Namun yang perlu anda sadari adalah sekalipun anda mendapat nilai 10 dalam segala hal, anda tetap tidak bisa menyuruh orang lain mengisi kekosongan dalam diri anda. Jika anda orang yang sangat berbakat, menarik, kaya raya anda hanya akan bertanya apakah orang lain ingin bersama anda hanya karena penampilan, reputasi atau kekayaan anda. Anda kuatir kehilangan 'karunia' yang membuat anda dikenal dan diperhatikan.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa kepuasan pribadi sangat sulit diperoleh?
Sebab kita mencari ditempat yang salah.
Ingatlah kita tidak diciptakan untuk merasa nyaman dengan diri sendiri. Kita juga tidak diciptakan untuk dicintai oleh orang lain. Namun kita diciptakan untuk menjalin hubungan dengan Allah.. Kita dimaksudkan untuk memiliki rasa syukur dalam hati karena mengetahui bahwa kita diterima olehNya, menjadi obyek ungkapan kasihNya yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, serta menjalani hidup yang bermakna karena pertolonganNya. Marilah kita mempercayai bahwa Dia mampu menolong kita, tidak hanya supaya kita merasa nyaman dengan diri sendiri, tetapi juga dalam membentuk citra diri dengan akurat, yang memungkinkan kita memandang diri sendiri sebagaimana Dia memandang kita.
Budiono, S.PAK