Hati Yang diperkenan Allah


HATI YANG DIPERKENAN ALLAH

1 Samuel 16:6 – 7

Pendahuluan:

Ketika Samuel pergi ke rumah Isai untuk mengurapi Daud menjadi raja, ada beberapa hal yang sangat menarik untuk disimak.

  • Allah tidak melihat kemampuan, perawakan atau fisik seseorang, melainkan Allah melihat hati.

  • Allah tidak melihat apa yang kita punya, yang bisa kita berikan, namun Dia melihat hati.

Isi Kotbah:

Pengalaman Samuel ini menjadi satu pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Tuhan Yesus dalam Markus 7:6-7 sangat tidak suka atau mengecam semua bentuk ibadah lahiriah, yang hanya keluar dari bibir bukan dari hati. Kualitas hati seperti apa yang diperkenan oleh Allah?

  1. Hati Yang Suci (Matius 5:8).

Hati yang suci (katharos = tanpa noda). Yang membuat hidup dan ibadah kita berkenan bukan bungkus atau kemasannya melainkan isinya yaitu apa yang ada dalam hati kita. Jangan ijinkan segala sesuatu yang tidak suci mengotori hati kita (Matius 16:6).

  1. Hati Yang Mengampuni (Markus 11:25)

Hati yang tidak mau mengampuni sangat berakibat fatal. Hati yang penuh dengan kemarahan, kebencian, dendam dan kepahitan tidak bisa kita bawa untuk menghampiri Bapa. Perhatikan 1 Yohanes 4:20.

Ketika hati kita bebas dari kemarahan, kebencian, dendam dan kepahitan maka hati kita akan dipenuhi dengan sukacita (1 Tesalonika 5:16-17) dan hati yang bersukacita akan menggerakkan hati Bapa untuk memberikan keinginan kita (Mazmur 37:4).

  1. Hati Yang Mencintai

Apapun yang kita lakukan untuk Tuhan jika tidak keluar dari hati yang mencintai Tuhan, hanyalah sebuah kewajiban agama. Hati yang mencintai memungkinkan seseorang melakukan apa saja. Simak apa yang dikatakan oleh raja Salomo dalam Kidung Agung 8:6-7. Cinta kita kepada Tuhan membuat kita berani membayar berapapun harganya untuyk memperoleh Dia (Efesus 3:7-14).

  1. Hati Yang Remuk.

Hati yang remuk adalah korban yang menyenangkan Tuhan (Mazmur 51:19. Hati yang remuk adalah hati yang bertobat. Suatu pertobatan yang dalam.

Hati yang remuk juga berarti suatu kondisi hati yang dipenuhi dengan beban Allah bagi keselamatan jiwa-jiwa.

  1. Hati Yang Bergairah.

Tanpa hati yang bergairah (sukacita, girang semangat) semua bentuk pelayanan, ibadah kita akan terasa hambar. Jika hati mencintai Tuhan maka akan ada kegairahan yang kuat ‘passion’. Perhatikan Amsal 17:22.


Kesimpulan:

Bagaimana dengan hati saudara? Sudahkah hatimu adalah hati yang berkenan kepada Allah ? Jangan ijinkan segala sesuatu measuk dalam hati kita yang membuat hubungan kita dengan Tuhan menjadi terhambat.


Pdt. Budiono, S.PAK


/>