Belajar Dari Si Buta

BELAJAR DARI SI BUTA

Markus 10:46-52

Pendahuluan:

Setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita sebenarnya ada dalam kendali Tuhan. Memang kadang-kadang apa yang Allah rancangkan tidak sesuai dengan kemauan kita. Bahkan jauh dari keinginan kita. Jikalau rancangan itu sifatnya sangat nyaman bagi tubuh kita maka dengan senang hati kita menerima. Namun jika Tuhan menginjinkan sesuatu yang agak membuat tubuh, hidup kita tidak nyaman maka kita mulai dengan terang-terangan menolak.

Isi Kotbah:

Apa yang bisa kita pelajari dari peristiwa Bartimeus si buta yang disembuhkan Tuhan? Apa yang akan kita lakukan ketika sesuatu yang kurang nyaman, tidak mengenakkan bahkan menyakitkan diijinkan Allah terjadi dalam hidup kita? Jikalau kita melihat kejadian dalam kehidupan kita, mungkin kita berpikir apakah Allah senang jika kita menderita?

Pada dasarnya Allah tidak pernah senang melihat umatNya menderita. Coba perhatikan apa yang dikatakan Mazmur 94:14. “Sebab TUHAN tidak akan membuang umat-Nya, dan milik-Nya sendiri tidak akan ditinggalkan-Nya”.

  1. Tujuan Allah Mengijinkan semuanya terjadi.

A. Allah ingin umatNya menjadi umat yang radikal dan militan.

Mengapa Allah mengijinkan kesulitan, ketidaknyamanan, penyakit bahkan kematian menjadi bagian dalam hidup manusia. Ini bukan dikarenakan Allah senang jika umatNya menderita, namun Allah ingin setiap umatNya tidak menjadi menjadi umat yang loyo, mudah putus asa dan mudah menyerah pada keadaan.

B. Allah ingin umatNya mengetahui bahwa pertolongan sejati datangnya hanya dari Tuhan (Yesaya 30:7 ; 31:1).

Dewasa ini dengan tingkat kesulitan yang sedang terjadi. Penyakit-penyakit baru bermunculan, banyak orang menjadi stress dan depresi. Kebanyakan dari mereka menjadi tidak sabar menunggu pertolongan dari Tuhan.

  1. Bagaimana Kita Bisa Mendapatkan Pertolongan Allah.

Kembali ke Markus 10:46-52. Bartimeus anak Timeus mempunyai arti: dihadiahi dengan berkat besar. Orang buta seperti Bartimeus merupakan gambaran keadaan banyak orang pada zaman modern ini. kondisi hati seseorang. Mari kita melihat kondisi Bartimeus yang bisa menggerakkan hati Tuhan sehingga ia menerima kesembuhan.

A. Tidak Menyerah pada keadaan (ayat 47).

Bartimeus punya keterbatasan yang sebenarnya bisa membuat dirinya mengambil sikap mengasihani diri sendiri, menyerah pada keadaan, tanpa usaha untuk memperbaiki kehidupannya. Namun dia tidak pernah menyerah pada keadaannya

B. Tidak Larut Dalam Lingkungannya (aat 48).

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Gaya hidup seseorang sedikitnya dipengaruhi oleh pertama sifat atau gen dari keturunan, kedua dari pola asuh keluarga dan ketiga dari lingkungan tinggal serta pergaulannya. Ingat “Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan baik” (1 Korintus 15:33).

C. Mengerti Prioritas kebutuhannya (ayat 51).

Banyak orang tidak pernah tahu prioritas kebutuhannya. Tidak bisa membedakan mana keinganan yang sifatnya sekunder atau kebutuhan yang sifatnya primer. Sebagai seorang pengemis yang buta Bartimeus tahu persis kebutuhan terbesarnya. Dia tidak peduli kebutuhan yang lain dia tahu keinginan terbesarnya adalah dapat melihat.


Kesimpulan:
Bagaimana dengan hidup anda? Apakah reaksi anda ketika Allah mengijinkan sesuatu yang kurang nyaman terjadi atas hidup kita? Mari kita belajar dari si buta.

/>