Surat Seorang Ayah untuk Putranya

Bentuklah putraku Tuhan, menjadi seorang yang cukup kuat untuk tahu kapan ia sedang lemah dan cukup berani menghadapi dirinya sendiri ketika ia takut. Seseorang yang tetap bangga dan tegar ketika dikalahkan dalam perang, serta rendah hati ketika menang.

Bentuklah putraku menjadi manusia yang tidak hanya berharap, tapi juga berbuat.
Seorang putra yang akan mengenal Engkau dan menyadari bahwa mengenal dirinya sendiri adalah dasar dari pengetahuan.

Tuntun dia, pintaku, bukan di jalan kemudahan dan kenyamanan, tetapi di bawah tekanan kesulitan dan tantangan. Biarkan dia belajar untuk berdiri tegar di tengah badai.

Biarkan dia belajar belas kasih kepada mereka yang gagal.
Bentuklah putarku menjadi seseorang yang hatinya bersih, yang cita-citanya sangat tinggi, seorang putra yang akan menguasai dirinya sendiri sebelum ia berusaha untuk memimpin orang lain. Seseorang yang akan meraih masa depan, tetapi tak pernah melupakan masa lalu.

Dan setelah semua ini ada padanya, pintaku, berikan ia rasa humor sehingga ia dapat tetap serius, tapi tidak pernah membawakan dirinya dengan terlalu serius. Beri dia kerendahan hati sehingga ia selalu ingat kesederhanaan dari kemuliaan sejati. Pikiran terbuka terhadap kebijaksanaan sejati dan kelemahlembutan dari kekuatan sejati.

Lalu aku, ayahnya, akan berani berkata, “Hidupku tidak sia-sia!”
-Jenderal Douglas MacArthur-
(Pemegang komando tertinggi pasukan Amerika Serikat di Perang Dunia II)

/>

Tidak ada komentar: