PERBEDAAN KONSELING UMUM DAN KONSELING KRISTEN
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Keadaan jiwa manusia bisa menjadi sakit oleh karena berbagai tekanan-tekanan hidup layaknya tubuh jasmani. Konseling adalah bagian dari psikologi, yang mempelajari bagaimana menolong orang-orang yang sedang menderita sakit jiwanya atau mengalami berbagai tekanan-tekanan hidup yang berpengaruh terhadap jiwanya. Untuk itulah konseling merupakan hal yang sangat penting bagi dunia pelayanan.
A. Pengertian Konseling.
Konseling mungkin kata-kata ini tidak asing bagi orang-orang dewasa ini. Namun demikian, masih banyak dijumpai kesalahan-kesalahan yang terjadi baik arti dari konseling maupun pada praktek-praktek konseling yang berkembang dewasa ini. Untuk itu perlu sekali pemahaman yang benar dari arti konseling. “Kata konseling berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa Latin counselium artinya ‘bersama’ “
1. Pengertian Konseling Secara Umum.
Beberapa para pakar konseling maupun para psikolog memberikan penjelasan tentang konseling, yang pada dasarnya sama. Menurut Latipun dalam bukunya Psikologi Konseling mengatakan: “Konseling (counseling) biasanya kita kenal dengan istilah penyuluhan, yang secara awam dimaknakan sebagai pemberian penerangan, informasi,atau nasehat kepada pihak lain” Pakar lain yang juga berkompeten dalam bidang konseling mengatakan bahwa konseling adalah pemberian bimbingan, pendampingan dalam mengatasi masalah. Sementara itu menurut Magdalena Tomatala dalam Konselor Kompeten mengatakan: “Konseling dapat dijabarkan sebagai suatu proses menyampaikan nasehat, petunjuk, peringatan, teguran, dorongan ajaran, memberikan pertimbangan guna membuat keputusan yang bijaksana sebagai upaya mengatasi masalah serta menangani atau menyelaraskan prilaku”
Dari ke dua pendapat tersebut maka dapat dipahami bahwa pada dasarnya konseling merupakan sebuah proses pendampingan yang didalamnya berisi nasehat, petunjuk, peringatan, dorongan, ajaran bahkan teguran dari seseorang kepada seseorang yang lain dalam kerangka tujuan yang jelas yaitu memberikan pertimbangan guna membuat keputusan yang berfokus pada mencari jalan keluar atau solusi yang didasarkan pada pertimbangan yang matang.
Sebenarnya untuk memahami konseling dengan sebenar-benarnya, haruslah memahami konseling sesuai dengan dunia yang digelutinya dan ditinjau dari beberapa aspek. Contoh: beberapa pakar pendidikan yang pernah penulis pelajari dalam kuliah pendidikan. Gibbson berkata: konseling merupakan suatu bantuan terhadap konseli agar memperoleh pengertian dan akhirnya bisa bertanggung-jawab atas dirinya sendiri. Berbeda dengan Higgins yang mengatakan bahwa konseling berhubungan erat dengan pemahaman, pengenalan dan memperkaya diri untuk membuat keputusan. Lain halnya dengan Feder, ia menjelaskan konseling merupakan pemberian bantuan supaya dapat mengalami dan mengevaluasi segala situasi dan segala keterbatasannya dalam menyelesaikan masalah (bukan mengambil tanggung jawab).
Meskipun tidak bermaksud meragukan beberapa pengertian tentang konseling, namun berkat dari pendapat-pendapat di atas maka setidaknya ada gambaran yang lebih lengkap tentang arti dan makna konseling. Pada hakekatnya konseling sebagai proses berkelanjutan sebagai hubungan yang khusus dalam membantu seseorang mencapai tujuan hidup. Hal yang perlu juga diperhatikan adalah, bahwa konseling berbeda dengan bimbingan. Adapun perbedaan antara konseling dengan bimbingan menurut Magdalena Tomatala adalah sebagai berikut:
“Perbedaan Bimbingan dan Konseling
No Bimbingan No Konseling
1. Bersifat Umum 1 Bersifat khusus
2. Memberikan pemahaman secara umum 2. Membantu membuat keputusan pribadi
3. Merupakan upaya pencegahan (preventive) 3 Merupakan upaya mengoreksi masalah (Corrective)
4. Pelayanan kelompok 4 Pelayanan individu atau keluarga
5. Bertatap muka dengan kelompok 5 Bertatap muka dengan pribadi
6. Memiliki komunikasi dua arah yang terbatas dan umum 6. Memiliki komunikasi dua arah yang tidak terbatas dan khusus
7. Cenderung menambah pengetahuan secara umum 7. Cenderung memulihkan dan meneguhkan untuk aktualisasi hidup dengan wajar secara khusus
8. Titik perhatian utama adalah pada upaya pemberian informasi dan penjelasan 8. Titik perhatian utama pada memberi tanggung jawab untuk menjadi sebagai manusia dewasa
9. Memperlakukan manusia sebagai obyek 9 Memperlakukan manusia sebagai subyek”
2. Pengertian Konseling Kristen.
Konseling Kristen mempunyai arti dan keunikan tersendiri.
“Konseling Kristen dapat dijelaskan sebagai suatu proses pembimbingan yang dinamis dalam tuntunan Roh Kudus untuk menyampaikan nasehat, petunjuk, peringatan, teguran, dorongan dan ajaran dari perspektif Kristen atau Alkitab, yang di dalamnya terdapat upaya menyampaikan pertimbangan yang memberikan kemampuan pada konseli untuk membuat keputusan sendiri yang bijaksana, yang membawa pemulihan, perubahan, serta pertumbuhan rohani”
Dengan kata lain konseling Kristen juga merupakan sebuah konseling yang didasari oleh unsur-unsur yang terdapat di dalam Alkitab. Firman Allah, Roh Kudus adalah dasar dari hikmat yang akan terus disampaikan dalam proses konseling Kristen.
B. Perbedaan Konseling Umum Dengan Konseling Kristen
Adakah perbedaan antara konseling secara umum dengan konseling Kristen? Ini adalah pertanyaan yang seringkali muncul ketika membicarakan konseling Kristen. Untuk mengetahui lebih jauh, perlu sekali dipahami tentang konseling itu sendiri.
1. Asumsi Dasar Konseling
Ada kesalahpahaman yang berkembang di masyarakat dewasa ini, yang merupakan akibat keterbatasan dan ketidaktahuan mengenai konseling. Biasanya konseling hanya dipahami sebagai bentuk pemberian nasehat kepada seseorang (yang disebut dengan konseli) yang berupa gagasan-gagasan yang disampaikan pada pihak lain. Konseli sangat dianjurkan untuk melaksanakan gagasan tersebut sebab dianggap dapat menyelesaikan masalah yang sedang di hadapi konsli. Pemahaman lain yang hampir sama adalah konseling dipahami hanya sebagai pemberian informasi, tidak lebih sekedar informasi. Oleh karena hanya sebatas pemberian informasi maka dampak yang ditimbulkanpun beragam. Informasi tersebut dapat menimbulkan dampak yang negatif atau bisa juga berdampak positif, semua tergantung paradigma dan pandangan hidup konseli. Ini bisa terjadi dikarenakan informasi yang didapatkan dianggap merupakan sebuah jawaban, sehingga ketika informasi itu tepat berdampak positif, namun jika tidak tepat berdampak negatif. Bahkan yang lebih parah dan seringkali terjadi adalah konseling menciptakan ketergantungan konseli kepada seorang konselor (pemberi konseling). Hubungan ketergantungan ini sama sekali tidak dibenarkan. Latipun memberikan pejelasan “Hubungan konseling harus diciptakan agar terjadi kemandirian pada klien, mulai dari proses eksplorasi diri, mencari pemecahan masalah, menentukan keputusan, hingga melakukan keputusan” . Hubungan konseling tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi baik dari aspek sikap, keyakinan bahkan tindakan konseli. Dalam hal ini seseorang yang akan memberikan konseling harus berhati-hati dan membatasi diri untuk benar-benar bersikap netral.
Beberapa kesalahpahaman ini harus dimengerti baik oleh seorang pemberi konseling maupun seorang klien (konseli). Dengan demikian proses konseling bisa berjalan sesuai dengan prinsip dasar konseling yang benar.
2. Macam-macam Konseling.
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan tehknologi, baik tehknolgi industri, tehknolgi informatika dan perkembangan peradaban manusia yang semakin mengglobal, selalu dibarengi dengan berkembangannya pula persoalan-persoalan manusia. Semakin hari semakin kompleks dan rumit. Untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut diperlukan konseling. Macam Konseling dibedakan menjadi dua hal:
a. Atas Dasar Kegunaannya.
Macam konseling dapat dilihat dari kegunaannya. Artinya konseling harus tepat pada sasaran. Ketika para konselor tahu penggolongan persoalan, maka akan lebih mudah mengarahkan konseli untuk dapat mengatasi masalahnya sendiri.
1). Konseling Pendidikan.
“Pendidikan merupakan institusi pembinaan anak didik yang memiliki latar belakang sosial budaya dan psikologi yang beraneka ragam” . Pendidikan Nasional memberikan tujuan yang pasti dan harus dicapai oleh setiap institusi pendidikan di negeri ini sesuai dengan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Dalam mencapai tujuan atau goal yang harus dicapai oleh institusi pendidikan, maka para pelaku pendidikan yaitu guru dan secara khusus anak didik harus menghadapi masalah-masalah yang mau tidak mau menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Beragam masalah yang harus dihadapi diantaranya masalah pribadi, masalah sosial, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan keluarga. Tanpa penyelesaian yang jelas dan konkrit tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara maksimal dan sekaligus menghambat proses pendidikan. Penyelenggara pendidikan haruus bertanggung-jawab terhadap hambatan-hambatan ini.
Di Indonesia konseling jenis ini sudah sangat dikenal. Bahkan di setiap sekolah baik dari sekolah dasar, menengah, menengah atas maupun perguruan tinggi memberikan atau memfasilitasi sebuah tempat konseling. Dijenjang sekolah dasar dan menengah terkenal dengan BP,BK yaitu Bimbingan Penyuluhan atau Bimbingan Konseling.
2). Konseling Karier.
Beberapa orang sangat kesulitan dalam meniti karier atau menemukan pekerjaan yang tepat. Konseling ini lebih tepatnya sangat berhubungan dengan sebuah usaha memberikan bimbingan sehingga seseorang menemukan tempat kerja dan karier yang sesuai dengan seluruh panggilan hidup dan kompetensinya. Dewasa ini banyak sekali berkembang tempat-tempat atau jasa-jasa guna menolong orang untuk bekerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Bahkan disetiap sekolah-sekolah (Sekolah menengah Kejuruan) mencoba untuk memfasilitasi para alumni dalam memilih, maupun mecarikan di dunia kerja. “Koseling ini selain berkaitan dengan usaha membantu dalam penempatan kerja juga membantu konseli yang memiliki masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan misalnya dalam berhubungan dengan pejabat yang diatasnya dan penyesuaian dengan pekerjaan yang baru” . Di dalam masyarakat konseling ini semakin dibutuhkan. Dalam dunia industri konseling ini dipakai guna meningkatkan pengembangan usaha, perekrutan tenaga kerja baru, peningkatan kinerja dan prestasi kerja bagi seluruh karyawan.
Di Indonesia sekarang ini konseling ini dikenal dengan nama konsultan-konsultan yang bergerak dalam bentuk jasa-jasa konseling personalia, konseling marketing dan semua bidang guna memacu perkembangan perusahaan.
3). Konseling Keluarga.
Seluruh gereja di dunia ini pasti menjalankan konseling keluarga. Gereja merupakan kumpulan dari keluarga-keluarga. Bila kehidupan sebuah keluarga hancur maka sendi-sendi kehidupan bergerejapun dapat mengalami kegoncangan. Maka dari itu sangatlah penting diperoleh suatu cara untuk mengetahui kesalahan-kesalahan apa yang menjadi penyebabnya. Para orang tua, anak-anak dan teruna-teruna perlu sekali ditolong sehingga mereka bisa kembali menemukan kemampuan mereka untuk menanggulangi masalah-masalah dan keseimbangan diri dalam kehidupan bersama keluarga. “Prilaku, sikap dan pola pergaulan dari para orang anggota keluarga secara perorangan dibentuk oleh strtuktur keluarga, yaitu oleh peraturan keluarga, yang tidak disadari, harapan, nilai, tabu, keyakinan, pola komunikasi dan pembagian kekuasaan diantara anggota keluarga”
Konseling ini dibagi menjadi dua bagian, berdasarkan kegunaan dan kepentingannya.
a). Konseling Pranikah.
Membangun sebuah keluarga yang baru bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Ketika dua orang membuat komitmen untuk menikah atau membangun sebuah keluarga, maka mereka harus siap melakukan penyesuaian baru dengan pasangannya. Bukan penyesuaian dalam bidang tertentu saja, namun penyesuaian yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Kebanyakan dari pasangan muda-mudi yang akan membangun sebuah keluarga baru kurang mengerti prinsip-prinsip pernikahan yang benar. “Sebelum menikah, setiap pasangan muda-mudi itu perlu mengerti apa makna sebuah pernikahan dan bagaimana dapat membina sebuah pernikahan yang berhasil” . Konseling ini disebut konseling pranikah disebabkan dari tujuan yang ingin dicapai. Tujuan konseling pranikah adalah menyadarkan calon suami atau istri tentang persoalan-persoalan yang harus diwaspadai dalam kehidupan yang akan mereka berdua lalui. Sebab persoalan-persoalan tersebut memiliki potensi yang cukup besar untuk menghancurkan pernikahan kelak di kemudian hari. Selain itu mengajarkan kepada ke dua calon pasangan untuk memaknai suatu upacara pernikahan, janji nikah dan komitmen yang terkandung di dalamnya.
Konseling ini sebagai upaya untuk mempersiapkan para pasangan muda-mudi yang telah mengambil keputusan mengakhiri masa lajang mereka dengan sebuah pernikahan kudus yang dibangun atas dasar cinta dan dilandasi dengan kebenaran-kebenaran Firman Allah. Dengan persiapan-persiapan yang matang baik segi fisik maupun non fisik diharapkan pernikahannya bisa berumur sampai kematian yang memisahkan pernikahan mereka.
b). Konseling Dalam Membina Keluarga.
Artinya ketika sepasang manusia memutuskan untuk mengikatkan diri satu sama lain dalam satu ikatan pernikahan, mereka harus menyadari bahwa akan ada persoalan-persoalan yang harus mereka hadapi bersama. Keputusan-keputusan yang ada adalah keputusan-keputusan yang merupakan keputusan bersama bukan keputusan perorangan. Jika dengan terpaksa hanya sepihak, setidak-tidaknya tidak melampaui batas-batas yang wajar. Ketika hal ini dilanggar oleh salah satu pasangan, maka gejolak keluarga akan terlihat. Konseling ini membantu para keluarga untuk dapat membina sebuah keluarga yang bahagia. Keluarga bahagia bukan berarti dalam perjalanan rumah tangga tanpa ada masalah, namun ketika masalah tersebut datang, maka keluarga tersebut dapat dengan segera mengatasinya tanpa membahayakan status pernikahan mereka.
b. Atas Dasar Bentuknya.
Macam konseling dapat juga dilihat dari bentuknya. Artinya konseling harus bentuk-bentuk dan kegunaannya. Ketika para konselor tahu penggolongan persoalan, maka akan lebih mudah mengarahkan konseli untuk dapat mengatasi masalahnya sendiri.
1). Konseling Penguatan.
Para pemimpin seringkali mempunyai peluang untuk memberikan penghiburan dan penguatan bagi mereka yang sedang dalam pergumulan dan penderitaan. “Dalam banyak kebudayaan, seringkali teman-teman dan kaum keluarga adalah orang –orang yang dapat diandalkan untuk memberikan pertolongan dan pengiburan” . Sebagian orang tidak menyadari kekuatan dari kata-kata penguatan. Dalam ilmu kependidikan sangat dibutuhkan guna memberikan motivasi kepada setiap siswa, sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara maksimal. Demikian juga dengan konseling. Support merupakan hal yang sangat positif bagi seorang konseli yang sedang berada dalam sebuah pergumulan dan penderitaan.
Konseling penguatan sangat dibutuhkan bagi seorang konseli, guna membangun rasa optimis bahwa mereka akan bisa melalui pergumulan dan penderitaan dengan kemenangan. Sebab ketika rasa optimis dari seorang konseli muncul, maka konseli akan mempunyai keyakinan dan kemampuan untuk menghadapi pergumulan dan persoalan mereka sampai pada akhirnya dapat mengatasinya dengan baik.
2). Konseling Educative
Sebagian besar dari tingkah laku mansuia adalah hasil dari proses pembelajaran sejak usia dini. Manusia belajar berbicara, berpikir, berpakaian dan bergaul. Ini artinya konseling educative memungkinkan seorang konseli mempelajari segala sesuatu yang menjadi penyebab pergumulan dan persoalannya, selanjutnya mempelajari berbagai kemungkinan untuk menyelesaikan pergumulan dan persoalan tersebut. Namun dalam konseling ini dibutuhkan kerendahan hati dan ketaatan kepada standart tertinggi atas kehidupan manusia di dunia ini. Itulah yang disebut dengan Firman Allah. Inilah bentuk konseling sebagai pembelajaran bagi konseli.
3). Konseling Kelompok.
Konseling ini bukan berdasarkan kelompok orang tertentu, namun konseling ini dilaksanakan secara berkelompok. Karena pelaksanaannya yang berkelompok, maka pokok persoalan dan pergumulan yang harus dipecahkan juga sangat beragam. Konseling ini jelas melibatkan banyak orang dari latar belakang yang juga sangat berbeda. Keuntungan dari konseling ini beragam. Artinya para konseli akan bertemu dengan konseli-konseli lain, sehingga mereka bisa saling membagi beban dan saling bertukar pengalaman hidup bagaimana mereka bisa menghadapi dan mengatasi setiap pergumulan dan persoalan hidup yang begitu beraneka ragam.
4). Konseling Pencegahan.
Konseling tidak dibuat dengan tujuan hanya untuk menghibur yang susah, menolong yang tertindas ataupun menolong orang dari kesulitan hidup saja. Konseling ini jarang sekali dipahami dan kurang disukai oleh para konseli. Itu disebabkan konseling ini bersifat pengajaran. Orang diajar dengan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan ini, sehingga dikemuidan hari tidak muncul persoalan yang dapat menenggelamkan mereka dalam persoalan dan pergumulan hidup. Contoh yang paling tepat untuk konseling ini adalah bagi pasangan yang akan menikah.
5). Spiritual Konseling.
Konseling selalu dipakai oleh para pemuka-pemuka agama guna menolong konseli menemukan tujuan hidup. “Bahkan Freud mengakui hal ini, ia menulis, ‘hanya agama yang mampu menjawab pertanyaan mengenai tujuan hidup’” . Namun sayang banyak orang khusunya para konselor tidak menyadari pentingnya konseling ini.
C. Tujuan Konseling
Setiap perbuatan dalam dunia ini pasti memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Ketika sesuatu, baik itu yang berupa lembaga, ataupun perorangan tanpa memiliki tujuan yang pasti, maka jalannya akan tidak terartur dan sulit mencapai targetnya.
1. Tujuan Konseling Secara Umum
Pada dasarnya esensi konseling terbetuk dikarenakan untuk membantu klien atau konseli mencapai perkembangan secara optimal dalam batas-batas potensinya. Berbicara tentang tujuan konseling secara umum memiliki cakupan yang sangat luas dan kemungkinannya sangat sulit untuk direalisasikan. Namun pada dasarnya dapat diringkas atas dasar masalah-masalah yang dihadapi oleh para klien atau konseli. Ada beberapa pertimbangan atau bahkan rujukan bahwa tujuan konseling secara umum dapat dirinci berdsarkan masalah-masalah yang dialami oleh klien. Latipun berpendapat: “Salah satu tujuan konseling dapat diklasifikasikan sebagai perubahan prilaku yang salah penyesuaian ini, karena prilaku ini sangat menghambat kepribadian menjadi individu yang mampu berprilaku yang tepat penyesuaian.” .
Konseling dilaksanakan untuk membantu agar para klien, mengenali dan menyadari tentang tingkah lakunya yang salah. Ketika para klien belum dapat mengenali dan menyadari bahwa tingkah lakunya keliru maka konseli tidak akan pernah bisa mengalami perubahan tingkah laku yang diharapkan. Untuk mencapai keadaan yang demikian baik konseli harus memecahkan masalahnya dan membuat keputusan tertentu. Ini juga salah satu dari tujuan konseling. Membuat keputusan tertentu bukan merupakan tindakan penyesuaian. Membuat sebuah keputusan bagi seorang konseli dapat dilakukan melalui sebuah proses belajar yaitu: belajar mengidentifikasi alternatif, memiliki alternatif, menetapkan alternatif serta memprediksi berbagai konsekwensi dari keputusannya. Setiap keputusan pada dasarnya memiliki konsekuensi positif dan negatif yang menguntungkan dan merugikan, yang menunjang maupun yang menghambat. Keputusan yang diambil oleh konseli harus dapat mencegah munculnya masalah. Untuk mencegah munculnya masalah mencakup tiga hal yang harus diperhatikan:
Pertama, adalah pencegahan jangan sampai masalah yang sama muncul kembali dikemudian hari, kedua, dan mencegah agar masalah tidak menjadi lebih berat dan rumit ketiga, sehingga tidak mengakibatkan luka yang menetap atau trauma.
2. Tujuan Konseling Kristen.
Konseling kristen mempunyai tujuan yang sedikit agak berbeda. Secara esensi mungkin sama, namun sedikit mengalami perbedaan ketika berbicara tentang tujuan konseling Kristen dengan dikaitkan pada prakteknya sehari-hari. Beberapa tujuan konseling Kristen adalah:
a. Mencari.
Semua orang merindukan sebuah kehidupan yang baik tanpa gangguan. Hidup yang selalu diwarnai dengan kebahagiaan. Namun pada kenyataannya hidup selalu saja diwarnai oleh pahit getirnya persoalan. Tiada seorangpun yang berusaha mengundang kesulitan, masalah atau persoalan datang ke dalam hidupnya. Pergumulan sudah menjadi bagian hidup yang harus terus-menerus dihadapi dan dijalani, bukannya malah dihindari.
Dewasa ini warga gereja juga mengalami keadaan yang sama. Ketika warga gereja mengalami keadaan yang sedemikian rupa, maka gereja harus tanggap dan bersegera memberikan konseling. Gereja harus keluar menjemput bola. Tidak menunggu si konseli mendatangi gereja namun sebaliknya gereja wajib mengunjunginya. Warga jemaat yang sedang mengalami pergumulan lebih rentan dan rapuh terhadap bujukan dan godaan kekuatan roh-roh jahat. Seperti yang Tuhan Yesus katakan dalam sebuah perumpamaan. "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?” (Luk. 15:4).
b. Menolong.
Memberikan pertolongan adalah tujuan lain dari sebuah konseling Kirsten. Tekanan hidup, cuaca buruk, kehilangan pekerjaan dapat dialami oleh semua orang. Konseling merupakan sebuah proses pelayanan untuk menolong orang lain (konseli). Kebanyakan ketika seseorang atau konseli mengalami persoalan dan tekanan, mereka kurang bisa melihat persoalan tersebut dengan jernih. Kabut persoalan tersebut terlalu tebal menutupi rasionalitas mereka. Seperti yang tertulis dalam kitab Mazmur 130:1 “...Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN!”
c. Mendampingi
Pendampingan termasuk tugas dan tanggung jawab gereja sebagai organisasi yang bertanggung jawab terhadap konseling bagi uamt Allah. Gereja harus secara sadar dan bersungguh-sungguh mengadakan pelayanan pendampingan bagi setiap warga gereja yang sedang mengalami persoalan, tekanan, dukacita. Ini sebuah tanggung jawab yang harus dipikul oleh Gereja. Kadang-kadang para konseli atau jemaat yang sedang menghadapi persoalan atau masalah sangat membutuhkan pendampingan. Bukan hanya ketika pada saat sedang mengalami persoalan, namun pendampingan ini menjadi terapi dalam proses kesembuhan.
“Namun yang dimaksud dengan tanggung-jawab yang didampingi ialah ia yang mau dan bersedia mengubah sikap prilaku dan perbuatannya. Jika keputusan yang diambil tidak dilakukan proses menolong itu hanya berakhir dalam wacana tanpa tindakan konlrit dalam perubahan sikap dan prilaku. Pada hal sebuah proses menolong itu seharusnya sampai pada perubahan sikap dan tingkah laku.”
Kata pendampingan sangat erat hubunganya dengan membimbing. Proses pembimbingan tidak akan bisa berjalan dengan lancar tanpa adanya pendampingan demikian pula sebaliknya, pendampingan tanpa pembimbingan tidak akan menemui sasaran yang tepat. Ketika seorang konselor melakukan pendampingan maka mereka harus juga melakukan pembimbingan terhadap konseli. Dengan memberikan bimbingan akan terjadi percakapan yang interaktif yang mengajak konseli berpikir, menuntun, mengajar dan menerangkan. Dengan resep-resep seperti itu diharapkan konseli akan semakin paham tentang sebab-sebab, akibat-akibat, hal-hal penting dari persoalan yang ia hadapi. Ia akan disadarkan tentang dirinya sendiri. Ia dapat memandang siapa dirinya sesungguhnya dengan benar sesuai perspektif Allah.
d. Menemukan jalan keluar.
Seringkali dijumpai banyak konselor terjebak dengan cepat memberikan nasehat terhadap konseli, bahkan kadang cenderung memberikan janji. Inilah hal-hal yang harus diwaspadai oleh para konselor. Janji dan nasehat hanya akan menambah daftar panjang penderitaan konseli jika janji atau nasehat tersebut gagal atau tidak terwujud. Dengan kata lain prosesnya bukan pada memberikan nasehat dan janji tetapi mengajak konseli berpikir dan memikirkan problemnya secara bersama-sama dengan memberikan pengarahan sehingga konseli dapat mengambil keputusan yang tepat cara mengatasi persoalannya tersebut. Inilah yang dimaksud bahwa konseling untuk menemukan jalan keluar. Di dalam menemukan solusi ini bukan hanya sekedar tip’s untuk mengatasi masalah namun, sebelum sampai kepada solusi harus melakukan “respon action yang terdiri dari respon probing, understanding, supporting, interpretation, evaluation” dan akhirnya solusi terjadi. Dengan melakukan hal-hal ini maka percakapan akan menjadi terarah dan pada akhirnya konseli membuat satu keputusan, langkah-langkah dan sikap.
e. Pemulihan.
Segala persoalan, himpitan masalah baik yang disebabkan oleh human error maupun keadaan alam akan mempengaruhi kondisi hati dan hidup seseorang. Hati, perasaan, pikiran bahkan tubuh jasmani seringkali energi terkuras habis bila seseorang mengalami keadaan tersebut. Kondisi seperti ini akan menjadi parah ketika mereka mulai kehilangan gairah, semangatnya menjadi kendor dan rasa percaya dirinya hilang. Namun bisa terjadi juga sebaliknya. Mereka bisa saja nampak bahagia, seolah-olah baik-baik saja. Namun pada dasarnya di dalam hatinya terjadi pergumulan yang menggerogotinya. Ketika hal-hal ini terjadi maka kerapuhan jiwa seseorang begitu jelas terlihat. Seseorang yang mengalami kondisi jiwa yang rapuh membutuhkan pertolongan dengan segera untuk menemukan kembali hidupnya. Banyak keputusasaan bahkan kasus bunuh diri kebanyakan disebabkan kondisi jiwa yang rapuh tanpa ada pertolongan yang dapat memulihkan kembali kondisi jiwa mereka yang rapuh. Saat jiwa menjadi rapuh mudah sekali seseorang tergoda untuk mengambil jalan pintas bagi hidupnya. Kebanyakan jalan pintas yang ditempuh adalah jalan yang sesat. Untuk itu konseling harus bisa menyentuh pada pemulihan kondisi jiwa yang rapuh.
f. Peneguhan.
Mungkin bagi kebanyakan orang, peneguhan tidak banyak artinya. Akan tetapi kalau dilihat dari seseorang yang sedang mengalami kebingungan, atau akan mengambil sebuah keputusan yang sangat penting dalam kehidupannya, maka peneguhan merupakan satu senjata yang sangat ampuh untuk membuat seseorang tersebut berani melangkah dengan keyakinan yang teguh. Perlunya sebuah peneguhan dalam proses konseling disebabkan seseorang yang sedang mengalami keadaan yang sulit biasanya akan menjadi ragu dengan langkah-langkahnya atau keputusan-keputusan yang akan dia ambil. Untuk itulah peneguhan sangat bermanfaat dalam proses konseling. Selain itu untuk mengembalikan rasa percaya diri seseorang, siapapun dia membutuhkan sebuah peneguhan.
g. Perubahan Tingkah Laku.
Berbicara tentang perubahan tingkah laku, sebenarnya menyangkut hampir semua kegiatan mengarah ke sana. Salah satu contoh adalah; pendidikan. Tujuan kurikulum pendidikan dibuat salah satunya adalah terjadinya sebuah perubahan tingkah laku kepada para siswa setelah menyelesaikan seluruh bidang studi yang telah disusun. Bagaimana dengan konseling? Proses menolong seorang konseli dalam praktek konseling tidak hanya sampai pada batas menemukan harapan atau menemukan solusi, namun harus juga sampai pada sebuah perubahan prilaku. Perubahan prilaku ini sangat penting. Segala hal yang akan terjadi selanjutnya dalam kehidupan seseorang sangat dipengaruhi oleh perubahan tingkahlakunya.
D. Pentingnya Konseling Kristen.
Sigmunt Freud ketika memulai kariernya dalam bidang ilmu jiwa ketika ia dengan berani menganalisa mimpi dari pasiennya dan dihubungkan dengan rahasia kehidupan mereka. Dari ide-ide Sigmunt Freud inilah mulai berkembang ilmu dan teori konseling, namun pada kenyataannya ilmu konseling sudah ada sejak berabad-abad sebelum Freud lahir. Ada banyak contoh dalam Alkitab tentang praktek konseling sebagai bukti bahwa konseling sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Belakangan ini gereja-gereja di Indonesia mulai menyadari betapa pentingnya konseling Kristen bertumbuh dalam praktek penggembalaan di gereja lokal walaupn masih juga ada pelayanan konseling ini dirasa kurang efektif, untuk menjangkau jiwa-jiwa.
1. Menjangkau Jiwa.
Amanat agung Tuhan Yesus Kristus kepada setiap orang percaya maupun gereja sangatlah jelas, yaitu membawa jiwa-jiwa yang terhilang kepada Tuhan, menolong jiwa-jiwa yang letih lesu untuk bisa berjumpa dengan Tuhan sehingga mendapatkan kelegaan. Kehidupan seseorang lebih penting daripada segala sesuatu yang bisa mereka kerjakan atau mereka hasilkan. Banyak orang tidak menyadarai akan hal ini. Ada banyak jiwa-jiwa yang dalam kondisi antara hidup dan mati. Kehilangan pengharapan, putus asa karena beban hidup, kesepian tidak tahu harus berbicara kepada siapa, ketika mereka tidak menemukan jawaban-jawaban atas persoalan mereka maka jiwa mereka benar-benar merana dan terhilang. Salah satu manfaat konseling kristen adalah menjangkau jiwa-jiwa yang dianggap tidak berguna dalam status sosial mereka.
2. Menolong menemukan jawaban atas setiap persoalan.
Dalam kehidupan yang semakin berkembang ada banyak kebutuhan manusia, yang akhirnya membawa manusia cenderung untuk tidak lagi mempedulikan persoalan-persoalan rohani yang pada dasarnya lebih penting daripada kehidupan di dunia yang sementara. Ada banyak persoalan-persoalan hidup manusia yang mempengaruhi gaya hidup, fitalitas, gaya berpikir bahkan energi seseorang. Persoalan-persoalan yang dibiarkan berlarut-larut tanpa jawaban merupakan sumber persoalan lain yang siap muncul di permukaan.
a. Kompleksitas masalah.
Masalah-masalah dewasa ini sangatlah komplek, biasanya ketika seseorang menghadapi satu masalah, maka masalah yang lain ikut menyertai, sehingga bertambah sulit untuk dipecahkan. Masalah manusia semakin hari semakin berkembang. Dengan berjalannya waktu maka berkembang pula dan bertambah kompleks masalah yang harus dihadapi oleh setiap orang.
b. Persaingan hidup.
Semakin komplek masalah yang ada menyebabkan setiap orang merasa dipacu hidup mereka. Persaingan antar individu semakin tampak begitu nyata dipermukaan. Pada masa-masa dahulu merupakan sesuatu yang dianggap tabu sekarang sudah merupakan suatu medan peperangan secara terbuka. Medan peperangan ini tidak hanya pada medan pekerjaan namun juga sudah merambah pada sisi-sisi kehidupan individu bahkan yang paling privasi sekalipun. Persaingan hidup antar setiap individu memberikan efek yang sangat luar biasa. Baik efek negatif maupun efek postif. Yang sangat jelas adalah akan adanya orang-orang yang tersisihkan dan kalah dalam sebuah kompetisi. Ketika kekalahan itu terjadi, maka tingkat stres juga mulai meningkat. Semakin hari stres yang berkepanjangan akan memicu depresi. Adanya persaingan hidup setiap individu menjadikan konseling sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang.
c. Kehampaan hidup.
Manusia dalam setiap kehidupannya akan menjumpai satu titik kulminasi dimana mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka mencoba mencari cara untuk dapat memenuhi kondisi yang tidak menyenangkan tersebut. Ketika mereka berjumpa dengan jawaban yang tepat maka, masalah akan terselesaikan. Namun keadaan sebaliknya terjadi ketika mereka tidak menemukan jawaban yang sesuai, maka mereka akan semakin terjebak dalam kehampaan hidup. Kehampaan hidup tidak bisa diselesaikan atau dijawab dengan jawaban-jawaban manusia kecuali mereka mendengar jawaban dari Tuhan. Itulah manfaat konseling Kristen, menolong mereka menemukan jawaban atas kehampaan hidup mereka dari Tuhan.
d. Kesepian.
Perkembangan tehnologi yang sangat cepat memicu persoalan yang baru yaitu kesepian. Dampak kemajuan di bidang tehnologi informatika membuat banyak orang makin nyaman berkomunikasi jarak jauh. Orang semakin manja dengan cara komunikasi seperti ini. Dalam keadaan bagaimanapun, di manapun mereka berada orang bisa saja berkomunikasi dengan baik. Sifat manja seperti ini terus dilestarikan oleh manusia yang menjebak kehidupannya sendiri pada lubang kesepian hidup. Lubang yang dibuat manusia ini cukup dalam, sehingga ketika orang-orang mengalami kesepian, konseling sangat dibutuhkan. “Tetapi, seiring itu, sadar atau tidak, hidup orangpun semakin sunyi dan sepi karena komunikasi dengan tatap muka semakin tersisihkan.” .
Selain dampak perkembangan tehnologi yang memicu munculnya kesepian dan kesunyian adalah persaingan dunia kerja. Ketika seseorang semakin sibuk dengan pekerjaannya, orang akan semakin menghabiskan waktu-waktunya untuk bekerja dengan alasan berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ini berakibat terhadap relasi dengan orang lain makin berkurang.
e. Pernikahan.
Pernikahan merupakan lembaga yang sangat sakral. Artinya Tuhan benar-benar menciptakan pernikahan sebagai permulaan dari sebuah keluarga. Akan tetapi perlu diwaspadai ketika seseorang gagal dalam pernikahannya, maka ini merupakan persoalan yang sangat serius. Banyak pasangan muda-mudi yang baru mengalami tahun-tahun pertama pernikahan sudah menghadapi berbagai macam persoalan menyangkut pernikahannya. Namun tidak hanya pasangan muda-mudi yang baru menikah, sangat perlu diketahui bahwa pasangan pernikahan dengan usia yang sudah cukup matangpun rentan dengan persoalan-persoalan. Untuk itulah konseling ini sangat dibutuhkan dalam konsep dan kelangsungan hidup pernikahan. Baik sebelum pasangan melangsungkan ucap janji pernikahan ataupun setelah mereka menjalin kehidupan bersama keluarga.
D. Konselor Umum dan Konselor Kristen
Berdasarkan uraian terdahulu bahwa sebuah konseling membutuhkan dua orang yang terlibat secara langsung. Seorang yang membutuhkan bimbingan disebut konseli dan seorang lagi yang memberikan bimbingan adalah konselor. Konseli adalah orang yang sedang menghadapiu masalah dan persoalan yang membutuhkan pertolongan dari orang lain. Sedangkan konselor adalah orang-orang yang siap mendengarkan, membantu, mendampingi, menolong para konseli dalam menemukan solusi dari setiap persoalannya. Jadi arti dari konselor secara umum menurut Magdalena Tomatala adalah “seseorang yang berkompeten memberi nasehat, petunjuk, peringatan, teguran, dorongan dan ajaran.”
Banyak dan sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, orang-orang yang melakukan konseling tanpa memperhatikan kompetensi yang harus dimiliki oleh para konselor. Bukan berarti hal ini merupakan kekeliruan, melainkan biasanya konseli akan mendatangi seseorang yang dianggapnya lebih, baik dari segi usia, kedewasaan berpikir ataupun aspek lainya mampu memberikan arahan bimbingan kepada konseli. Pemicunya, dipengaruhi budaya atau kultur setiap masyarakat dimana konseli dan konselor hidup. Pada hakekatnya setiap orang dapat menjadi konselor secara tradisional, ketika ada seorang konseli yang meminta pertolongan bimbingan dalam mengatasi persoalannya. Konselor juga merupakan orang-orang yang sangat memperdulikan kehidupan orang lain, baik itu keluarga, teman atau sahabat dan seberapa banyak orang lain.
1. Kualifikasi Konselor secara Umum
Seorang konselor harus mempunyai kualifikasi standart yang harus ada dalam kehidupan mereka. Ada beberapa aspek-aspek yang harus dipenuhi oleh seorang konselor secara profesional.
a. Aspek Spiritual.
Aspek sipritual atau kerohanian sangat mutlak diperlukan oleh seorang konselor. Artinya seorang konselor merupakan seorang yang sudah dewasa dalam kerohaniannya, dengan kata lain dalam hal keagamaan atau kepercayaannya kepada Tuhan sudah dapat dipertanggungjawabkan.
Kedewasaan spiritual sesorang tidak dapat diukur dari tingkat pendidikannya, tingkat usianya, keikutsertaan ataupun segala sesuatu yang bersifat jasmani dari konselor tersebut. Misalnya seorang konselor bisa saja masih relatif muda usia namun dia sudah benar-benar sangat dewasa dalam bidang keagamaannya. Bukan dilihat dari usia, pendidikan dan keikutsertaannya dalam perjalanan spiritualnya, melainkan seseorang yang sudah benar-benar merefleksikan kehidupan spritualnya dalan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat dimana mereka tinggal. Wujud dari refleksi spiritual ini sangat beraneka ragam. Meminjam istilah kekristenan adalah seseorang yang sudah menghasilkan buah. Baik buah-buah pertobatan yang terdapat dalam Galatia 5:22-23 maupun buah-buah pelayanan.
b. Aspek Expertice and skill.
Seorang konselor yang baik secara umum harus mempunyai kriteria-kriteria sebagai seorang konselor. Ketrampilan dan keahlian sangat diperlukan seorang konselor dalam memberikan bimbingan kepada konseli.
1). Ketrampilan Mendengarkan.
Istilah mendengar ada dua yaitu mendengar dengan otak dan mendengar dengan hati. Dalam bahasa Inggris sangat jelas sekali bahwa mendengarkan berbeda dengan mendengar. Mendengar memakai kata hearing yang artinya menerima suara atau kata-kata dari lawan bicara. Sedangkan kata mendengarkan listening artinya mendengarkan dengan penuh antusias dan perhatian. Ini berarti listening bukan hanya mendengar apa yang bisa kita tangkap dengan telinga, namun mendengarkan dengan meliputi, komunikasi verbal dan non verbal. Semua kata-kata diperhatikan dengan sungguh-sungguh sambil mengamati bahasa non verbal. Misalnya, ekspresi wajah, gerakan tubuh, penghayatannya, intonasi bicara, perubahan raut wajah, gerakan tangan, kaki, kepala. Dengan mendengar model seperti ini konselor tidak akan kehilangan sedikitpun kata yang membuat dia dapat menentukan arah bimbingan. Ketrampilan mendengarkan akan menunjang keberhasilan dalam konseling. “Mendengarkan bisa terjadi melalui proses mendengar, menyimak, memperhatikan, memahami, dan mengerti. Pada saat mendengarkan pendengar menyimak dengan sungguh-sungguh dan penuh perhatian. Seluruh ucapan, kalimat dan kata-kata mendapat perhatian penuh”
Di awal juga sudah disebutkan bahwa konseling merupakn seni mendengar. Ketrampilan mendengar adalah dasar dari seorang konselor. Ketika seorang konselor tergoda untuk menjadi bosan dalam mendengarkan maka ia akan kehilangan.
a). Tipe-tipe Pendengar.
Ada banyak tipe pendengar dalam kehidupan ini. Di bawah ini adalah tipe-tipe pendengar.
1). Tipe banyak bicara.
Orang yang seperti ini memang tidak berniat untuk mendengarkan. Pusat perhatiannya hanya tertuju kepada dirinya sendiri. Biasanya yang seringkali dilakukan adalah suka memotong pembicaraan, bicaranya panjang lebar tanpa ada titik berhentinya, kurang menghargai lawan bicara sebab tidak akan memberi kesempatan orang lain untuk berbicara. Karena pusatnya kepada aku maka tipe ini bukanlah seorang pendengar.
2). Tipe Angin-anginan.
Sesuai dengan artinya dangkal berarti tidak dalam. Ini menunjukkan bahwa seseorang sudah mendengar namun belum paham benar apa yang didengarnya. Model pendengar yang seperti ini biasanya sudah mencoba untuk mendengarkan walau sebenarnya tidak mau mendengarkan, atau mendengarkan dengan serius namun hati dan pikirannya tidak tertujukepada apa yang didengarkannya. Biasanya setelah selesai ia akan kehilangan makna sesungguhnya dari pokok pembicaraan. Dalam mendengarkan ketika pembicaraan menyangkut hal yang tidak dia kuasai atau tidak menyenangkan hatinya maka ia dengan segera mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
3). Tipe Kritis.
Tipe pendengar ini sudah lebih baik. Pendengar ini sudah masuk cukup jauh dalam percakapan. Percakapan sudah berjalan dengan lancar, bahkan pendengar sudah bisa menangkap ungkapan-ungkapan yang verbal maupun yang nonverbal. Namun sayangnya bebrapa faktor ikut berperan di sini antara lain adalah: Untuk memahami perasaan lawan bicara belum bisa maksimal dikarenakan tipe ini tidak mudah untuk menjadi percaya. Ketika dia menerima informasi, maka ia akan bertanya apakah ini logis dan rasional atau masuk akal. Jadi dengan kata lain ketika ia mendengarkan lawan bicaranya ia akan bersikap hati-hati. Kalau dirasa perlu ia akan menyela untuk mempertanyakan kebenarannya.
4). Tipe aktif dan efektif.
Tipe ini adalah seorang yang sudah bisa mendengar dengan sangat baik. Ia adalah seorang pendengar yang proaktif. Tipe ini akan berusaha sedapat-dapatnya menyimak, menyelami dan memahami seluruh gerak, perasaan dan pikiran konseli. Tipe pendengar aktif dan efektif adalah tipe pendengar yang sangat ideal. Selain dia aktif dalam mendengarkan ia juga antusias yang ditandai dengan:
• Menunjukkan antusias dalam mendengarkan.
• Menunjukkan minatnya dengan cara memberi respon yang positif.
• Mengarahkan perhatian terhadap lawan bicara.
• Berempati terhadap apa yang dialami lawan bicara.
• Memperhatikan seluruh bahasa baik verbal maupun non verbal.
• Menunjukkan sikap tubuh, bahasa non verbal, mimik, sikap yang positif.
Dampak dari tipe pendengar seperti ini sangat positif. Baik bagi konselor maupun konseli. Untuk konselor ia akan dengan mudah mengetahui duduk persoalan dan tingkat kesulitan dari persoalan tersebut. Melalui hal-hal diatas konselor dapat menyusun sebuah skenario penyelesaiannya. Sedangkan untuk konseli ketika konselor mendengarkan semacam ini maka para konseli akan dengan antusias dan jujur membicarakan persoalan yang mereka hadapi.
b). Hambatan dalam mendengarkan
Selain tipe-tipe dalam mendengarkan, perlu disadari pula bahwa dalam mendengarkan seringkali mengalami kegagalan. Ini dkarenakan adanya hambatan-hambatan yang tidak diantisipasi sebelumnya. Kegagalan dalam mendengarkan disebabkan oleh beberapa hambatan:
1). Motivasi keliru
Motivasi adalah sebab atau alasan seseorang sehingga seseorang tersebut mau melakukan sesuatu. Motivasi mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap sikap seorang pendengar ketika mendengarkan orang lain. Ketika seseorang salah motivasi maka yang terjadi adalah enggan atau merasa tidak perlu didengarkan.
2). Apriori
Apriori artinya terlalu berprasangka buruk sebelum mengetahui duduk persoalannya dengan benar. Apriori akan melahirkan sebuah cara pandang atau sikap tertentu yang keliru. Sikap ini membuat pendengar menjadi sulit untuk obyektif. “Ia akan memberikan respon yang baik jika sesuai dengan pola pikirnya. Namun jika itu tidak sesuai dengan hati dan pikirannya ia akan memberikan respon yang seadanya saja”. Apriori sering dijumpai pada kebanyakan orang. Jika konselor menjadi apriori, bararti dia sendiri yang membutuhkan konseling.
3). Kurang cakap.
Sumber daya manusia sangat mempengaruhi seorang pendengar. Seseorang yang memiliki kapasitas yang kecil sangat tidak mungkin menerima atau mendengar percakapan yang jauh melampaui apa yang bisa dipikirkan. Untuk memperbesar kapasitas seorang pendengar diperlukan waktu dan latihan. Proses untuk menjadi pendengar yang baik dan efektif memang diperlukan waktu dan latihan yang cukup memadai.
4). Waktu yang kurang tepat.
Seorang konselor yang mendengarkan setiap konseli merupakan manusia yang mempunyai batas-batas yang tidak pernah bisa dilampauinya. Artinya kadangkala dalam kehidupan seorang konselor juga merupakan kehidupan yang terus berjalan secara dinamis. Pada saat konseli mengkomunikasikan persoalannya dengan tidak pada waktu yang tepat maka ini merupakan sebuah hambatan yang sangat besar. Maksudnya kadangkala pada waktu-waktu tertentu seorang konselor bisa kehilangan konsentrasinya dikarenakan kesibukannya atau bersamaan dengan keadaan pribadi konselor itu sendiri. Bila hal ini terjadi maka percakapan akan mengalami hambatan.
5). Keterbatasan Konseli.
Kadang-kadang dalam mendengarkan juga dipengaruhi oleh seseorang yang sedang berbicara atau penyampai pesan. Sering dan banyak dijumpai pembicaraan tidak sampai kepada pendengar bukan dikarenakan pendengarnya yang kurang konsentrasi, melainkan konselinya yang justru tidak begitu jelas menyampaikan berita. Bisa jadi hal ini disebabkan karena, konseli masih takut, bisa juga konseli adalah tipe orang yang pendiam, kemungkinan juga konseli adalah orang yang memang volume suaranya sangat tipis. Kesalahan-kesalahan seperti ini seringkali terjadi dan menjadi hambatan dalam mendengarkan.
2). Ketrampilan Bertanya.
Ketrampilan bertanya tidak hanya diperlukan dalam dunia pendidikan, namun juga sangat diperlukan dalam dunia konseling. Seorang guru yang baik harus mampu atau menguasai ketrampilan bertanya demikian pula halnya dengan seorang konselor. Bertanya adalah meminta kejelasan dari suatu pernyataan atau kalimat. Mungkin sepintas lalu sebagian orang menganggap bahwa bertanya itu merupakan hal yang sangat mudah, akan tetapi jika seseroang berani melihat dan menelaah lebih jauh ternyata bertanya tidak semudah yang dapat dibayangkan. Ada banyak ketrampilan bertanya namun pada intinya seorang konselor perlu memiliki minimal dua ketrampilan bertanya:
a). Ketrampilan bertanya Menggali.
Ada kalanya konseli begitu tertutup. Untuk mengutarakan segala yang dialami sepotong-potong atau sangat sulit bahkan cenderung diam. Untuk konseli yang seperti inilah diperlukan ketrampilan bertanya yang sifatnya menggali. Ketrampilan bertanya menggali artinya, pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menggali kebenaran-kebenaran yang belum terungkapkan atau menggali sumber-sumber yang berhubungan dengan konseli. Seorang konselor yang menguasai ketrampilan bertanya menggali, maka konselor tersebut akan mempunyai gambaran yang semakin jelas tentang persoalan yang sedang dihadapi oleh konseli. Semakin jelas persoalannya maka semakin mudah bagi konselor untuk mendiagnosa setiap persoalan yang diahadapi oleh konseli.
b). Ketrampilan bertanya Menuntun.
Sepintas lalu ini hampir sama dengan pertanyaan menggali. Namun kalau dilihat arti yang sesungguhnya sangat berbeda. Ketrampilan bertanya menuntun pada dasarnya pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya berfungsi untuk seorang konselor menuntun konseli agar konseli dapat menemukan pokok persoalan yang sedang ia hadapi. Ketrampilan ini sangat berguna bagi konselor guna mengghadapi seorang konseli yang selalu kebingungan melihat masalah yang sesungguhnya terjadi dalam kehidupannya. Ketika konseli sudah dapat menemukan pokok permasalahannya maka dengan mudah konseli akan mengambil keputusan yang tepat untuk penyelesaian masalah yang dihadapinya. Kadangkala ada konseli-konseli yang tidak sanggup membahasakan masalah yang sedang dihapainya sehingga dapat dipahami oleh konselor. Inilah tugas konselor untuk menolong konseli membahasakan masalah-masalah yang sedang konseli hadapi. Selain itu konseli-konseli yang tertutup perlu sekali dituntun untuk lebih terbuka dengan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menuntun bukan menghakimi.
Ketrampilan ini berguna timbal bailk, artinya memang sangat diperlukan oleh konselor, namun dampaknya begitu nyata terhadap konseli. Konseli tidak akan bisa memecahkan masalahnya ketika tidak ditolong untuk mengerti lebih dahulu pokok persoalan yang diahapinya.
c). Ketrampilan Memahami
Memahami seorang konseli bukanlah pekerjaan yang mudah. Perlu sekali dipahami bahwa dalam sebuah percakapan seseorang tidak hanya diperhadapkan oleh bahasa verbal namun juga bahasa nonverbal yang mendukung dan memiliki makna yang sangat dalam. Artinya adalah sebuah komunikasi bahasa isyarat, bahasa tubuh (gerakan tubuh) dan bahasa lisan saling terkait satu sama lain dengan bahasa verbal yang mengisyaratkan pesan. Ketika tanpa pemahaman yang benar maka pesan akan sampai namun bisa kehilangan makna atau tekanan. Akibatnya pendengar akan keliru dalam memahami pesan yang disampaikan oleh si pembawa pesan. Untuk itu seorang konselor harus memiliki ketrampilan memahami. Adapun yang dimaksud dengan ketrampilan memahami ini meliputi beberapa hal:
Pertama: konselor harus bisa memahami suara konseli. Di dunia tarik suara, setiap suara mempunya kualitas dan mengandung makna sebuah pesan yang terbungkus dalam keunikan setiap individu. “Suara seseorang pasti unik. Unik artinya setiap orang punya ciri khas seperti volume suara” . Ini berhubungan dengan nada dan tempo suara. Kadang-kadang ketika seseorang berbicara secara mendadak nada suaranya meninggi atau bahkan sebaliknya temponya tiba-tiba melambat. Ketika hal ini terjadi berarti ada maksud atau pesan khusus yang ingin disampaikan oleh konsli.
Kedua Memahami bahasa Tubuh. Ucapan yang keluar dari bibir seseorang (konseli) biasanya akan selalu diikuti oleh gerakan tubuh mereka. Baik itu berupa gerakan tangan, gerakan kepala, perubahan raut muka, tatapan mata dan gerak-gerik atau yang lainnya. Emosi dan perasaan bisa dipahami ketika seseorang bisa memahami bahasa-bahasa nonverbal yang menyertai sebuah pesan verbal. Misalnya ketika seseorang sedang marah, bisa dipahami dengan gerakaan tangan atau raut muka yang berubah bahkan mungkin nada suara yang tinggi. Contoh lagi ketika seseorang yang sedang mengalami kekecewaan atau kesedihan bisa dipahami lewat matanya atau gerakan-gerakan tubuhnya yang menyertai perkataan-perkataan yang disampaikan.
d). Ketrampilan Diagnosa.
Ketrampilan ini juga sangat diperlukan oleh seorang konselor. Ketika seorang dokter salah mendiagnosa sebuah penyakit dalam diri seorang pasien, akibat yang ditimbulkan bisa sangat beragam, dan bahaya yang sangat mengerikan adalah kematian. Demikian halnya dengan seorang konselor. Diagnosa yang tepat akan sangat membantu seorang konseli memecahkan setiap persoalan yang sedang dihadapi. Tantangan seorang konselor adalah bisa dengan tetap memberikan diagnosa yang tepat kepada setiap penyakit jiwa yang sedang dialami oleh konseli. Ketika seorang konselor mampu dengan cepat dan tepat dalam mendiagnosa seluruh akar-akar penyebab persoalan, maka akan mempermudah konselor memberikan wawasan kepada konseli, sementara itu konseli akan dengan mudah dan cepat pula menemukan solusi yang tepat bagi persoalan jiwanya. Untuk mendiagnosa sebuah persoalan konselor juga sangat bergantung kepada ketrampilan bertanya dan ketrampilan memahami. Keterkaitan antar ketrampilan bertanya, ketrampilan memahami dan ketrampilan diagnosa merupakan satu paket yang tidak bisa diabaikan oleh konselor.
c. Aspek Kognitif.
Aspek lain yang harus dimiliki oleh seorang konselor adalah aspek kognitif. Aspek ini berbicara tentang pengetahuan seorang konselor. Pada dasarnya seorang konselor harus mempunyai beberapa dasar pengetahuan yang baik, pertama, Ia harus memahami tentang ilmu yang bergerak dalam kepribadian manusia misalnya ilmu jiwa. “Seorang Konselor profesional harus memahami ilmu tentang kepribadian manusia seperti psikologi, antropologi dan sosiologi.” Memang tidak dapat dipungkiri ketika seorang konselor memiliki atau menguasai ketiga bidang ilmu di atas maka seorang konselor akan memilki wawasan, kemudahan dan jalan dalam menjalankan tugasnya. Kedua selain aspek keilmuan tersebut seorang konselor juga harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam memahami baik teori, praktek ataupun metode observasi dan praduga masalah yang relevan. Artinya seorang konselor harus berani mengembangkan kemampuannya dalam bidang penelitian terhadap kepribadian manusia sebaik mungkin, dengan segala pendekatan yang positif.
d. Aspek Afektif.
Dewasa ini setiap orang mulai menyadari bahwa yang namanya IQ (Intelligence quotient) bukanlah segala-galanya. Ada banyak contoh dalam kehidupan bahwa tidak semua bahkan cenderung lebih banyak orang yang mempunyai IQ tinggi tidak bisa berhasil menjadi seorang pemimpin atau sukses dalam kehidupannya. Ada lagi satu teori yang mengatakan bahwa EQ (Emotional quotient) adalah lebih berguna bagi kehidupan seseorang. Dunia pendidikan di Inidonesia menerapakan bahwa sikap merupakan salah satu ranah penilaian yang tidak kalah pentingnya dengan ranah kognitif. Bahkan seorang siswa harus memiliki sikap baik atau sangat baik dalam pelajaran tertentu jika mengharapkan dirinya naik kelas atau lulus. Seorang konselor tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan yang memenuhi syarat, namun juga sebuat attitude yang baik.
Memiliki sebuah kapasitas individu yang baik membuat seseorang mampu menciptakan, memelihara dan mempertahankan integritas pribadinya di tengah masyarakat yang sangat majemuk. Selain itu seorang konselor juga harus mampu mengelola emosi dan akuntanbilitasnya secara pribadi. Konseling akan menjadi hancur ketika pribadi konselor baik itu yang menyangkut integritas ataupun perasaan dalam menghadapi konseli tidak bisa dipertanggungjawabkan. Hal ini diperlukan sebab pelayanan konseling merupakan sebuah perjanjian kontrak dan didalamnya terdapat unsur kepercayaan yang sangat tinggi dari konseli kepada konselor. Sehingga Integritas, pengelolaan emosi, pengelolaan masa lalu, bahkan akuntanbilitasnya seorang konselor benar-benar harus dijunjung tinggi.
Salah satu efektifitas pelayanan konseling dipengaruhi oleh aspek ini. Kepekaan seseorang dalam menanggapi konseli merupakan syarat yang tidak boleh hilang dari seorang konselor. Sebab dengan kepekaan maka konselor akan dengan mudah merasakan apa yang sedang dirasakan oleh konseli. Selain kepekaan juga kematangan jiwa seorang konselor punya andil yang cukup besar bagi konseli. Seorang konselor harus memiliki kemampuan berpikir, emosi yang stabil, dan kepribadian yang baik dan matang. Konselor dengan tugas sebagai penolong harus lebih kuat dan tegar dalam kehidupan ini.
2. Kualifikasi Konselor Kristen
Konselor Kristen memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri yang sangat berbeda dengan konselor umum atau profesional. Keunikan-keunikan tersebut menjadikan konselor Kristen juga harus memiliki kualifikasi tersendiri. Pada hakekatnya memang sama dengan kualifikasi konselor secara umum, namun pada esensinya terdapat perbedaan yang sangat signifikan.
a. Dasar Titik Tolak Konselor Kristen.
Inilah perbedaan yang sangat mendasar konselor Kristen dari konselor umum. Secara jelas bisa dilihat dari titik tolak. Seorang konselor secara umum bertitik tolak kepada ilmu jiwa yang ada dan filsafat, sementara konselor Kristen bertitik tolak kepada Alkitab. Beberapa unsur-unsur yang harus ada bagi seorang konselor Kristen: Pertama: “Unsur Roh Kudus yang berperan sebagai penuntun, penolong yang ajaib (Yoh 16:13-14)” . Roh Kudus adalah pribadi yang dinamis yang akan memberikan tuntunan ketika tidak ada jalan yang bisa diambil baik oleh konselor maupun konseli. Bahkan secara jelas dikatakan dalam Yohanes 16:7 bahwa Roh Kudus adalah penghibur. Kedua: “Peranan Firman Allah yang memberi terang dan hikmat sebagai dasar bagi konseling Kristen (II Tim 3:7-13)” . Konselor kristen punya tolok ukur yang tidak bisa ditawar dan digantikan oleh apapun dalam dunia ini yaitu Alkitab. Di dalamnya terdapat kebenaran-kebenaran, kaidah-kaidah, pengalaman-pengalaman yang sangat impresif. Itu semua merupakan patokan tertinggi dalam konseling Kristen. Sebab Alkitab diyakini adalah Firman Allah, yang diungkapkan dalam Yohanes 1:1-4 sebagai patokan yang bebas dari kesalahan.
b. Aspek-aspek Yang harus dimiliki
Ada beberapa aspek yang harus dimiliki oleh para konselor Kristen, yaitu aspek spritual, aspek Kognitif, Aspek Afektif.
1). Aspek Spiritual
Aspek ini sangat berpengaruh tehadap semua aspek dari konselor kristen. Yesus Kristus adalah juruselamat, Tuhan, pembebas bahkan konselor agung. Yesaya dengan jelas mengatakan Yesus adalah seorang penasehat ajaib (Yes 9:5). Aspek spiritual yang harus dimiliki oleh konselor kristen adalah:
Pertama: Konselor kristen haruslah seorang yang sungguh-sungguh sudah lahir baru artinya orang yang sungguh-sungguh percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya secara pribadi. Menjadikan Yesus sebagai penguasa tunggal dalam kehidupannya. Ia haruslah seorang yang sudah benar-benar punya keyakinan akan keselamatan tubuh dan jiwanya. Baik ketika masih berada dalam dunia maupun ketika meninggalkan dunia. “Kepribadian seorang konselor Kristen harus jelas. Ia harus menemukan identitas dirinya yaitu bahwa ia sepenuhnya yakin akan keselamatan di dalam Yesus Kristus bagi dirinya” .
Kedua: Konselor kristen haruslah seorang yang penuh dengan Roh. Kehidupan seorang konselor kristen juga membawa dampak yang sangat besar bagi seorang konseli. Maka dari itu seorang konselor kristen hidupnya setiap hari harus penuh dengan Roh Kudus. Artinya setiap langkah-langkah kehidupannya, setiap keputusan-keputusannya haruslah sesuai dengan kehendak Allah dan atas pimpinan Roh Kudus.
Ketiga: Konselor kristen adalah seorang yang hidupnya menghasilkan buah. Buah-buah pertobatan harus benar-benar tampak dalam seluruh aspek kehidupannya. Adapun buah pertobatan itu terdapat dalam Galatia 5:22-23 yaitu: Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Ke sembilan buah ini harus benar-benar tampak dalam kehidupan konselor kristen.
Kempat: Konselor Kristen haruslah orang yang punya hubungan baik dengan Tuhan dan sesama. Seorang konselor kristen haruslah mempunyai kehidupan pribadi baik dan mempunyai waktu-waktu yang khusus dengan Tuhan. Tidak meninggalkan saat teduh, doa setiap hari, mempunyai pembacaan Firman Allah setiap hari.
Kelima: Mempunyai Karunia Rohani. Tidak semua orang percaya Yesus langsung bisa menjadi seorang konselor yang baik dan efektif. “Tentu tidak berarti bahwa setiap orang percaya dengan sendirinya adalah konselor yang baik, oleh karena memang ada yang mendapat karunia khusus dalam bidang ini, dan merekalah yang akan menjadi efektif bila mau belajar secara khusus” . Inti dari semua ini adalah seorang konselor Kristen adalah seorang yang sudah bertobat, punya hubungan yang baik dengan Tuhan dan ditandai dengan kasih kepada Allah dan sesama. Ini adalah perbedaan yang sangat mendasar seorang konselor profesional dengan konselor Kristen.
2). Aspek Kognitif
Pengetahuan tentang konseling memang sangat diperlukan oleh setiap konselor. Akan bukan hal yang baku bagi seorang konselor Kristen. Pada kenyataan yang ada dan yang sedang berkembang dewasa ini, seringkali dijumpai konselor-konselor yang sangat baik, namun memiliki pengetahuan yang sangat minim. Seorang konselor Kristen dalam aspek kognitif harus memenuhi beberapa hal yaitu:
Pertama: Pengetahuan tentang Firman Allah. Mengapa Firman Allah merupakan pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang konselor Kristen? Karena dasar dari seorang konselor Kristen adalah Firman Allah.
Kedua: kepenuhan Roh Kudus. Artinya bagi seorang konselor Kristen Roh Kudus adalah penolong dan penuntun serta sumber hikmat yang tidak akan pernah salah.
3). Aspek Apektif
Berdasarkan surat rasul Paulus kepada Timotius dengan jelas memberitahukan syarat yang harus dipenuhi oleh para penilik jemaat. 1 Timotius 3:1-7 dengan kriteria sebagai berikut:
a). Tak bercacat
Artinya seorang konselor Kristen harusnya tidak bercacat. Dalam arti cacat yang dimaksud adalah sehat secara mental atau kejiwaannya. Bukan seorang yang mempunyai pribadi ganda, tidak bermasalah dengan jiwanya, juga bukan seorang yang abnormal. Sekali lagi ini bukan menunjuk kepada cacat tubuh jasmani, namun berbicara tentang jiwa seorang konselor.
b). Setia pada pasangan hidupnya
Konselor Kristen adalah seorang yang setia dalam pernikahan. Bisa diartikan setia kepada pasangan hidupnya, bukan seorang yang kawin cerai. Menjunjung tinggi hidup pernikahannya, mengasihi anak-anaknya.
c). Dapat menahan diri
Penguasaan diri dalam setiap orang sangat penitng, makanya seorang konselor Kristen harus mempunyai penguasaan diri. Ini diperlukan oleh konselor Kristen karena ketika seorang dapat menguasai dirinya maka mereka tidak akan tergoda melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukannya. Ada wilayah-wilayah konseli yang tidak bisa dimasuki oleh konselor, inilah yang harus dihargai oleh seorang konselor.
d). Bijkasana
Konselor kristen haruslah seorang yang bijaksana. Artinya konselor haruslah seorang yang dapat mengambil tindakan dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang. Seorang konselor kristen pada saat melakukan segala sesuatu harus benar-benar sudah melalui pertimbangan yang masak. Bukan seorang yang gegabah dalam melakukan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
e). Sopan
Kesopanan merupakan nilai-nilai yang harus ada dalam diri seorang konselor. Artinya menjadi orang yang santun dalam berbicara, dalam mengemukakan pendapat, dalam tingkah lakunya sehari-hari. Ini sangat diperlukan, ketika seorang konselor begitu santun akan menentramkan si konseli.
f). Murah hati
Tidak banyak orang yang murah hati. Memang banyak orang kaya, namun sedikit yang mempunyai hati penuh dengan kemurahan. Konselor Kristen haruslah seorang yang murah hati. Seorang konselor kristen pada saat berhadapan dengan konseli kemurahan hati sangat perlu ditunjukkan. Kemurahan hati bukan hanya menunjuk kepada memberi dengan materi namun menunjukkan kemurahan hati bisa diwujudkan dalam perhatian yang mendalam.
g). Cakap dalam mengajar
Cakap mengajar artinya dapat mengajar orang lain dan membimbing para konseli kepada suatu solusi. Kecakapan mengajar dan menuntun orang lain sangat mutlak diperlukan oleh seorang konselor.
h). Ramah
Bahasa dalam praktek konseling ada dua bahasa verbal dan non verbal, ramah terhadap semua orang merupakan bahasa non verbal yang diperlukan dalam setiap proses konseling. Keramahan merupakan salah satu terapi permulaan yang menyenangkan konseli.
i). Pembawa damai
Konselor haruslah juga seorang yang bisa membawa damai. Baik dalam masyarakat sekitarnya maupun terhadap konseli. Bukan seorang suka membawa onar atau tukang pembawa gosip. Seorang trouble maker tidak akan pernah bisa menjadi seorang konselor.
Budiono, S.PAK
Perbedaan Konseling Umum dengan Konseling Kristen
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
nama nama refrensi atau buku yang dipai apa saja
Posting Komentar